Rabu, 01 Juni 2011

IBU, ENGKAU SAMUDERA KEBAIKANKU

Ibu …
Lukisan kerut wajahmu   adalah prasasti
tentang duka-lara perjalanan kasihmu untuk ku
 yang  dipenuhi doa-doa abadi
 mengiringi dan memayungiku menelusuri  rambu-rambu kehidupan
Ibu …
Engkau tak pernah lelah dan bosan
Otot-otot kakimu menonjol  menanggung beban masa depan
Sayu tatap matamu selalu mengandung kecemasan bercampur sejuta maaf
Ketika aku berlari dari adab dan fitrah kemanusiaanku
Selalu kau sirami dengan nilai-nilai kenikmatan hakiki
Sehingga hidupku tak lagi tersesat dalam belantara ini
Ibu …
Kesedihan dan bahagiaku
Selalu membekas di wajahmu
Ibu …
Engkau adalah samudera kebaikanku
Itulah persaksian yang kutanam di  lubuk hati
Kelak kujadikan pembelamu dihadapan Ilahi

Gresik, 22 Mei 2011




Sumber : Kembang Anggrek on Facebook 

MAAFKAN AKU MAMA

"Galih, uang mama tinggal lima puluh ribu." Sebuah kalimat yang tiba-tiba terlontar diantara percakapan aku dengan mama. Kalimat tersebut seperti membuat sebuah hentakan yang menghujam hatiku. 

Sebenarnya kalimat seperti itu bukanlah untuk kali yang pertama yang aku dengar dari mulut mama. Hanya saja aku sering merasa berdosa setiap mama berkata seperti itu. Aku merasa seperti anak yang belum bisa berbakti dengan baik. Aku sadar tanggung jawab keluarga ada di pundakku sebagai anak lelaki yang paling besar selepas kepergian Bapak. Fiuh...hanya helaan nafas sebagai responku terhadap perkataan mama sambil menundukkan kepala. 

Setiap anak tentunya sangat ingin berbakti terhadap kedua orang tuanya terlebih kepada ibu. Kasih ibu kepada anaknya menjadikan jasa tanpa balas, cinta tanpa batas, yang sebenarnya tidak akan terbayarkan dengan bakti seorang anak sepanjang hayatnya. Aku pun demikian. 

Jauh di lubuk hatiku keinginan untuk membuat mama bahagia di sisa usianya adalah cita-cita besarku. Membuatnya untuk selalu tersenyum adalah lukisan yang terindah bagiku. Sedih dan gundahnya adalah duri yang menancap bagiku. 

Aku sangat sadar bahwa hasil kerjaku hanya pas untuk makan sehari-hari. Aku juga mengetahui bahwa saat ini mama sering menahan diri untuk membeli sesuatu yang dia sukai dan lebih baik dialokasikan untuk hal-hal yang menjadi kebutuhan di rumah. Aku tahu bahwa keriput dan warna putih di rambutnya yang kian hari kian tampak sebagai akibat beban pikiran yang mama tanggung karena memikirkan masa depan anak-anaknya. 

Sering aku memperhatikan wajahnya ketika tidur. Wajah letihnya mengurus rumah dan anak-anaknya membuat aku semakin merasa menjadi anak yang kurang berbakti. Rasanya tidak adil apa yang mama terima dari anak-anaknya jika dibandingkan dengan kasih sayang dan pengorbanannya. Sembari memperhatikan wajah mama dalam keadaan tidur aku selalu berdoa dala hati,"Ya Allah, janganlah Engkau panggil mama sebelum mama merasa puas dengan bakti yang aku berikan untuknya." 

Pernah suatu hari mama berkata," Jika kamu dan yang lainnya menikah, nanti mama tinggal sendiri?" 

Dengan mulut bergetar aku menjawab,"Mama akan menjadi tanggung jawab Galih. Mama akan tinggal sama Galih." Hampir saja air mata ini menetes. 

Kepergian bapak memang cukup meninggalkan luka di hati mama. Kekosongan dan rasa sepi kerap menyapanya. Sehingga sering aku menemukan mama duduk melamun sambil menatapi foto bapak yang terpajang di ruang tamu. Kehilangan pendamping hidup serasa hilang separuh jiwa, sepi, hampa, meski mama masih memiliki lima orang anak namun ramai itu hanya sejenak. Tidak ada lagi teman berbagi cerita, keluh-kesah, dan orang yang menjaganya. 

Aku menyadari bahwa ini adalah sebuah perjuangan hidup. Bahkan lebih dari itu ini adalah medan kebaikan jika aku dapat berbakti dan memberikan kebahagiaan untuk mama. Dengannya akan mengalirkan banyak pahala yang akan membuat hidupku menjadi bermakna dan bernilai. Oleh karena itu sekuat mungkin aku menghindari sikap berputus asa dari rahmat Allah SWT. Keadaan ini bukan untuk diratapi dan disesali. Aku harus menghadapinya dengan terus-menerus memohon pertolongan dari Yang Maha Kuasa untuk tetap membuatku semangat berikhtiar dengan maksimal. 

Dalam setiap sujud tidak lupa aku berdoa untuk mama. Semoga Allah SWT selalu menjaga mama dan memberikan mama kesehatan. Semoga Allah SWT menyayangi mama sebagaimana mama menyayangi aku. Semoga Allah SWT mencabut gundah dan gelisah di hati mama. Menjadikan sisa umur mama penuh dengan kebahagiaan dan kebaikan. 

Ada satu hal yang sebenarnya ingin sekali aku lakukan namun sering tidak mampu. Aku sangat ingin memeluk mama dan berkata kepadanya bahwa aku cinta dan sayang kepadanya. 

Ya Allah, berikanlah hamba-Mu ini kesempatan untuk dapat membahagiakan mama di sisa usianya.



Sumber : Kembang Anggrek on Facebook ( Galih Ari Permana ) 

KASIH TULUS SANG ADIK

Howard hanya bisa tertunduk lemas saat mendengar kabar lewat telepon bahwa anak perempuannya yang berusia 11 tahun,marie mengalami kecelakaan dan kini dalam kondisi kritis.. Dunia serasa sunyi baginya selain suara anak kedua nya david yang tak henti-hentinya bertanya kepada dirinya mengenai apa yang tengah terjadi. 

Tanpa menjawab pertanyaan anak laki-lakinya,howard pun bergegas membawa serta eddie menuju rumah sakit tempat marie dirawat."Dok,bagaimana dengan keadaan anak saya dok?",tanya howard setibanya di depan kamar marie dirawat.Namun jawaban yang diterima sangat tidak meng-enakkan hati.. 

"Anak anda mengalami pendarahan yang hebat di kepala dan membutuhkan donor darah dengan golongan yang sama.Namun dengan berat hati,saya menyampaikan bahwa stok untuk golongan darah anak anda tidak tersedia saat ini tuan..",jawab sang dokter."Apakah tuan mempunyai golongan darah yang sama dengan marie?",dokter balik bertanya kepada howard. 

Mendengar pertanyaan tersebut,howard hanya bisa menjawab "Golongan darah saya berbeda dengan Marie,karna golongan darah nya ikut golongan darah almarhum mamanya yang sudah berpulang 2tahun yang lalu","Tapi,entah bagaimana dengan golongan darah eddie..",Lanjut Howard kembali. 

"Baiklah,bagaimana kalau kita coba cek dahulu golongan darah Eddie",ujar dokter sembari menoleh ke arah Eddie yang dari tadi belum benar-benar mengetahui apa yang kini tengah terjadi kepada kakak perempuannya tersebut.Mendengar itu,Eddie yang hanya tahu bahwa kakaknya sedang dalam kesulitan,segera meng-iyakan ajuan sang dokter. 

"Apa yang terjadi pada kakak saya dok?",tanya eddie kepada dokter seraya mereka memasuki ruang tempat kakaknya marie sedang terkulai lemas. 
"Kakakmu kini sedang dalam kesulitan nak..,dan mungkin hanya kamu yang bisa menolongnya saat ini.Tapi tenanglah,jika ada golongan darah yang cocok,kakakmu pasti selamat koq,dia hanya kekurangan darah saja",jawab sang dokternya singkat sementara howard mengikuti mereka dari belakang dengan penuh harap. 

Diranjang yang bersebelahan dengan kakaknya,Eddie berbaring untuk menunggu dokter memeriksa golongan darahnya.. tak henti-hentinya Eddie menatap wajah kakaknya yang hanya bisa membalas tatapannya dengan sayu karna tubuhnya sudah lemas karna kekurangan darah.. Ingin rasanya menangis melihat kondisi kakaknya,namun ia teringat pesan ayahnya bahwa jadi laki-laki harus tegar. 

"Eddie,ditahan sebentar yah.. ini tidak sakit koq..hanya seperti digigit semut saja",Sang dokter berusaha menenangkan Eddie sembari ia mulai mengambil sampel darah dengan jarum suntik ditangannya. 

Melihat dokter sudah mulai mengambil darahnya menggunakan jarum suntik,Eddie pun berkata pada sang dokter... 

"Dokter,saya mohon kepada anda dengan sangat apabila nanti kakak saya sudah bisa tertolong dengan darah saya,sampaikanlah padanya pesan terakhir dari saya.. bahwa saya menyayanginya".Lalu Eddie memejamkan matanya perlahan-lahan.. bersiap-siap menanti darahnya harus dipindahkan semua ke kakak-nya..... 

Mendengar keluguan dan salah sangka Eddie itu,dokter hanya bisa tertegun dan mengagumi betapa tulusnya kasih sayang Eddie kepada kakaknya,Meski tidak mengerti apa sebenarnya itu donor darah,namun dia rela bertukar nyawa demi kakaknya bisa tertolong.. 
Tetes air mata pun membasahi wajah howard yang mendengar hal itu dari belakang..


Sumber : Kembang Anggrek on Facebook 

PESAN IBU

Suatu hari, tampak seorang pemuda tergesa-gesa memasuki sebuah restoran karena kelaparan sejak pagi belum sarapan. Setelah memesan makanan, seorang anak penjaja kue menghampirinya, "Om, beli kue Om, masih hangat dan enak rasanya!" 

"Tidak Dik, saya mau makan nasi saja," kata si pemuda menolak. 

Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran. 

Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri lagi dan menyodorkan kuenya. Si pemuda sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan berkata, "Tidak Dik, saya sudah kenyang." 

Sambil terus mengikuti si pemuda, si anak berkata, "Kuenya bisa dibuat oleh-oleh pulang, Om." 

Dompet yang belum sempat dimasukkan ke kantong pun dibukanya kembali. Dikeluarkannya dua lembar ribuan dan ia mengangsurkan ke anak penjual kue. "Saya tidak mau kuenya. Uang ini anggap saja sedekah dari saya." 

Dengan senang hati diterimanya uang itu. Lalu, dia bergegas ke luar restoran, dan memberikan uang pemberian tadi kepada pengemis yang berada di depan restoran. 

Si pemuda memperhatikan dengan seksama. Dia merasa heran dan sedikit tersinggung. Ia langsung menegur, "Hai adik kecil, kenapa uangnya kamu berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang. Kenapa setelah uang ada di tanganmu, malah kamu berikan ke si pengemis itu?" 

"Om, saya mohon maaf. Jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan atas jerih payah sendiri, bukan dari mengemis. Kue-kue ini dibuat oleh ibu saya sendiri dan ibu pasti kecewa, marah, dan sedih, jika saya menerima uang dari Om bukan hasil dari menjual kue. Tadi Om bilang, uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada pengemis itu." 

Si pemuda merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. "Baiklah, berapa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh." Si anak pun segera menghitung dengan gembira. 

Sambil menyerahkan uang si pemuda berkata, "Terima kasih Dik, atas pelajaran hari ini. Sampaikan salam saya kepada ibumu." 

Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si pemuda, dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap, "Terima kasih, Om. Ibu saya pasti akan gembira sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami." 

=================================================== 

Ini sebuah ilustrasi tentang sikap perjuangan hidup yang POSITIF dan TERHORMAT. Walaupun mereka miskin harta, tetapi mereka kaya mental! Menyikapi kemiskinan bukan dengan mengemis dan minta belas kasihan dari orang lain. Tapi dengan bekerja keras, jujur, dan membanting tulang. 

Jika setiap manusia mau melatih dan mengembangkan kekayaan mental di dalam menjalani kehidupan ini, lambat atau cepat kekayaan mental yang telah kita miliki itu akan mengkristal menjadi karakter, dan karakter itulah yang akan menjadi embrio dari kesuksesan sejati yang mampu kita ukir dengan gemilang. 


Sumber : Kembang Anggek on Facebook ( andriewongso.com )